Breaking News

Menu

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Senin, 29 Agustus 2011

Perbedaan antara Wahyu al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi


1.    Wahyu al-Qur'an
Menurut etimologi, kata wahyu diderifasi dari akar kata auhaa yuuhii iihaaan yang artinya memberitahu sesuatu yang samar secara cepat dengan cara apapun. Adapun pengertian al-Qur'an dari segi etimologi terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama. Di dalam kitab Ulum al-Qur'an wa al-Hadis disebutkan sedikitnya ada enam pendapat mengenai pengertian al-Qur'an dari segi etimologi ini, yaitu :
a.    Imam Syafi‘i berpendapat bahwa al-Qur'an merupakan nama yang independent, tidak diderivasi dari kosakata apapun. Ia merupakan nama yang khusus digunakan untuk firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
b.    Menurut Imam al-Farra’ kata al-Qur'an diderivasi dari kata benda qarain, bentuk jama‘ dari qarinah yang mempunyai arti indikator, disebut dengan al-Qur'an karena sebagian ayatnya menyerupai sebagian ayat yang lain, sehingga seakan-akan ia menjadi indikator bagi sebagian ayat yang lain tersebut.
c.    Imam al-Asy‘ari dan sebagian ulama yang lain menyatakan bahwa kata al-Qur'an diderivasi dari masdar qiran yang mempunyai arti bersamaan atau beriringan. Disebut dengan al-Qur'an karena surat, ayat, dan huruf yang ada di dalamnya saling beriringan.
d.    Imam al-Zajjaj berpendapat bahwa kata al-Qur'an diderivasi kata benda qur-u yang mempunyai arti kumpulan. Menurut beliau dinamakan dengan al-Qur'an karena mengumpulkan intisari beberapa kitab yang diturunkan sebelum al-Qur'an.
e.    Sebagian ulama mutaakhkhirin sependapat dengan pandangan yang menyatakan bahwa al-Qur'an berasal dari kata kerja qara'a yang mempunyai arti mengumpulkan dengan dalil firman Allah:
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ
Artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya”. (QS. al-Qiyamah: 17).

Menurut mereka kata kerja qara'a mempunyai arti memperlihatkan atau memperjelas. Dengan demikian, orang sedang yang membaca al-Qur'an berarti ia sedang memperlihatkan dan mengeluarkan al-Qur'an.
f.    Menurut al-Lihyani kata al-Qur'an diderivasi dari fi’il qaraa yang mempunyai arti membaca. Oleh karena itu, kata al-Qur'an merupakan bentuk masdar yang sinonim dengan kata qira'ah (pendapat yang terakhir ini merupakan pendapat yang paling kuat).
Sedangkan al-Qur'an secara terminologi adalah Firman Allah yang berbahasa Arab, dapat melemahkan musuh, diturunkan kepada Nabi Muhammad, ditulis di dalam mushaf, dan ditransformasikan secara tawatur  serta membacanya termasuk ibadah.
Contoh wahyu al-Qur'an adalah:
                •  
Artinya.. “Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (QS. Al-Ikhlas; 1-4)

2.    Hadis Qudsi
Pengertian hadis adalah sebagaimana penjelasan di atas, sedangkan kata Qudsi yang dinisbahkan kepada al-quds secara etimologi berarti kebersihan dan kesucian. Dengan demikian, hadis qudsi adalah hadis yang dinisbahkan kepada Zat yang Maha Suci, yaitu Allah swt. Secara terminologis, pengertian hadis qudsi terdapat dua versi. (1) Hadis qudsi merupakan kalam Allah SWT (baik dalam substansi maupun struktur bahasanya), dan Nabi hanya sebagai orang yang menyampaikan. (2) Hadis qudsi adalah perkataan dari Nabi, sedangkan isi dari perkataan tersebut berasal dari Allah SWT. Maka dalam redaksinya sering memakai قال الله تعالى.
Dalam hal ini peneliti lebih condong pada pengertian hadis qudsi yang kedua. Dengan alasan untuk membedakan antara al-Qur'an dan hadis qudsi dalam proses terjadinya. Contoh hadis qudsi adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra.
عن النبي قال, قال الله تعالى ثلاثه انا خصمهم يوم القيامه... الحديث
3.    Hadis Nabawi
Adapun menurut istilah, pengertian hadis Nabawi ialah apa saja yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw, baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, maupun karakter beliau. Contoh hadis Nabawi yang berupa perkataan (qauli) adalah perkataan Nabi Muhammad saw,
انما الاعمال بالنية . (اخرجه البخارى فى صحيحه)
Contoh hadis yang berupa perbuatan (fi'li) ialah:
كان النبي اذا اراد ان ينام وهو جنب غسل فرجه وتوضأ للصلاة. (حديث عائشة)
Contoh hadis berupa ketetapan (taqriri) ialah:
ان خالته اهدت الى رسول الله سمنا واضبا واقطا فاكل من السمن والاقط واكل على مائدته, ولوكان حراما مااكل على مائدة رسول الله. (حدبث ابن عباس)
Contoh hadis berupa sifat atau karakter (wasfi) ialah:
كان رسول الله ربعة ليس بالطويل ولابالقصر حسن الجسم... الخ . (حديث انس ابن مالك)
Hadis Nabawi dilihat dari proses terjadinya dibagi menjadi dua . Pertama, tauqifyi, yaitu hadis yang kandungan maknanya diterima oleh Rasulullah saw dari wahyu, kemudian beliau menjelaskan kepada manusia dengan redaksi (susunan kata) beliau sendiri. Meskipun kandungannya dinisbahkan kepada Allah, tetapi dari segi pembicaraan lebih layak dinisbahkan kepada Rasulullah saw, sebab kata-kata itu dinisbahkan kepada yang mengatakannya meskipun di dalamnya terdapat makna yang diterima dari pihak lain. Kedua, taufiqi Yang bersifat taufiqi yaitu yang disimpulkan oleh Rasulullah saw menurut pemahamannya terhadap al-Qur'an, karena beliau mempunyai tugas menjelaskan al-Qur'an atau menyimpulkannya dengan pertimbangan dan perenungan ijtihad beliau.  Kesimpulan beliau yang bersifat ijitihad ini diperkuat oleh wahyu jika benar, dan bila terdapat kesalahan di dalamnya, turunlah wahyu yang membetulkannya. Dengan demikian berarti hadis Nabawi bukanlah kalam Allah secara pasti.
Dari sini, jelaslah bahwa hadis Nabawi dengan kedua bagiannya yang tauqif\i atau yang taufiqi bersumber dari wahyu. Inilah makna dari firman Allah tentang Rasul-Nya, "Dia (Muhammad) tidak berbicara menurut hawa nafsunya. Apa yang diucapkannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diturunkan kepadanya." (An-Najm: 3-4).
Dari uraian singkat di atas dapat kita ketahui beberapa perbedaan dari ketiganya. Perbedaan antara al-Qur'an dengan hadis qudsi adalah sebagai berikut:
1)    Al-Qur'an secara struktur dan substansi bahasanya berasal dari Allah. Hadis qudsi redaksi bahasanya berasal dari Nabi sedangkan substansi  isinya berasal dari Allah.
2)    Redaksi yang digunakan oleh Nabi pada al-Qur'an adalah Allah telah berfirman, sedangkan redaksi dalam hadis qudsi menggunakan kalimat; Allah telah meriwayatkan kepadaku.
3)    Al-Qur'an merupakan ibadah jika dibaca, sedangkan hadis qudsi tidak demikian.
4)    Al-Qur'an merupakan mu'jizat sedangkan hadis qudsi tidak.
5)    Al-Qur'an hanya diturunkan melalui perantara malaikat Jibril, sedangkan hadis qudsi bisa dengan melalui ilham maupun mimpi.
Perbedaan antara hadis qudsi dengan hadis Nabawi yang paling pokok adalah bahwa hadis qudsi ada kaitannya dengan Allah (ada nisbat) meskipun hanya dalam aspek bahasanya. Hal ini berbeda dengan Hadis Nabawi yang mana substansi maupun bahasanya berasal dari Nabi.  Meskipun demikian bukan berarti apa yang dikatakan oleh nabi merupakan sesuatu yang berasal dari nafsu belaka, akan tetapi mempunyai pengertian hadis Nabawi dalam proses terungkapkannya oleh nabi tidak harus menunggu wahyu dari Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  • To add an Emoticons Show Icons
  • To add code Use [pre]code here[/pre]
  • To add an Image Use [img]IMAGE-URL-HERE[/img]
  • To add Youtube video just paste a video link like http://www.youtube.com/watch?v=0x_gnfpL3RM