Breaking News

Menu

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Selasa, 30 Agustus 2011

Terminal Cinta Terakhir




             Dapatkah dibandingkan dengan segumpal duri yang mengganjal di lekuk hati? Ketika pintu rumah itu terhempas keras, maka berarti kenyerian di relung dada. Dan, Joki menelan ludahnya yang kemudian terasa getir. Helaan napasnya terasa tersendat. Dia mengawasi pintu tebal bercat coklat tua itu sesaat, lalu membalik badan, dan berjalan pelahan menjauhi rumah itu. 
             Inilah ganjaran buat keberanian. Inilah kenyataan yang dihadapkan oleh keterombang-ambingan sekian lama: selembar pintu yang nyaris menyenggol hidung, dan suara debumannya yang lebih keras dari suara seribu kanon. 
             Maka Joki berjalan terseok di bawah kerindangan pohon di sepanjang kiri-kanan jalan. Semakin jauh dia berjalan, semakin reda tusukan di dadanya. Cuma, berangsur lenyapnya nyeri itu, tidaklah menghilangkan kemelut di hatinya. 
            Terlalu berani aku agaknya. Aku tahu, dan aku menduga, akan menghadapi kenyataan pahit itu. Tetapi, tidakkah itu lebih baik? Bukankah lebih baik menelan empedu yang paling pahit, sekali reguk lalu lupakan segalanya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  • To add an Emoticons Show Icons
  • To add code Use [pre]code here[/pre]
  • To add an Image Use [img]IMAGE-URL-HERE[/img]
  • To add Youtube video just paste a video link like http://www.youtube.com/watch?v=0x_gnfpL3RM